Friday, July 23, 2010

neuron

  1. Penyakit Parkinson

A.     Definisi
Penyakit Parkinson (Parkinson’s Disease) merupakan suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf yaang ditandai dengan adanya tremor pada waktu kita beristirahat, berbagai kesulitan untuk memulai pergerakan dan juga berupa kekakuan otot. Penyakit ini diperkirakan menyerang sekitar 1 dari 250 orang yang berusia di atas 40 tahun dan sekitar 1 dari 100 orang yang berusia di atas 65 tahun.

B.     Penyebab
Jauh di dalam otak, terdapat sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Bila otak memerintahkan suatu aktivitas, maka sel-sel saraf di ganglia basalis ini akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus, yang akan menyampaaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks sereberi. Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahaan kimia neurotransmiter sebagai impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan diantara saraf-saraf. Neurotransmiter yang utama pada ganglia basalis adalah dopamin.
Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnyaa dopamin biasanya tidak diketahui. Tampaknya faktor genetik tidak memegaang peranan utama meskipun penyakit ini cenderung diturunkan.
Terkadang, penyebab penyakit ini diketahui. Pada beberapa kasus, Perkinson merupakan komplikasi yang sangat lanjut dari ensefalitis karena virus (suatu infeksi yang menyebabkan peradangan otak). Kasus lainnya terjadi jika terjadi penyakit degeneratif selain Parkinson, obat-obatan atau racun mempengaruhi atau menghalangi kerja dopamin di dalam otak. Misalnya obat anti psikosa yang digunakan untuk mengobati paranoria berat dan skizofrenia menghambat kerja dopamia pada sel saraf.


C.     Gejala
Penyakit ini dimulai secara samar-samar dan berkembang secara perlahan. Pada banyak penderita, pada mulanya Parkinson muncul sebagai tremor (gemetar) tangan ketika sedang beristirahat. Tremor ini akan berkurang jika tangan digerakkan secara sengaja dan menghilang selama tidur. Stress emosional atau kelelahan bisa memperberat tremor. Pada awalnya tremor terjadi pada satu tangan, akhirnya akan mengenai tangan lainnya, lengan dan tungkai. Tremor juga akan mengenai rahang, lidah, kening dan kelopak mata.
Pada sepertiga penderita, tremor bukan merupaakan gejala awal; pada penderita lainnya, tremor semaakin berkurang sejalan dengan berkembangnya penyakit dan sisanya tidak pernah mengalami tremor.
Penderita mengalamai kesusahan dalam memulai suatu pergerakan dan terjadi kekakuan otot. Jika lengan bawah ditekuk ke belakang atau diluruskan oleh orang lain, maka gerakannya terasa kaku. Kekakuan dan imobilitas bisa menyebabkan sakit otot atau kelelahan. Kakakuan dan kesulitan dalam memulai suatu pergerakan bisa menyebabkan berbagai kesulitan. Otot-otot kecil di tangan seringkali mengalami gangguan, sehingga pekerjaan sehari-hari (misalnya mengancingkan baju dan mengikat tali sepatu) semakin sulit untuk dilakukan.
Penderita mengalami kesulitan dalam melangkaah dan seringkali berjalan tertatih-tatih dimana lengannya tidak berayun sesuai langkahnya. Jika penderita sudah mulai berjalan, mereka mengalami kesulitan untuk berhenti atau berbalik. Langkahnya bertambah cepat sehingga mendorong mereka untuk berlari kecil supaya tidak terjatuh. Sikap tubuhnya menjadi bungkuk dan sulit mempertahankan keseimbangan sehingga cenderung jatuh ke depan atau ke belakang.
Wajah penderita menjadi kurang ekspresif karena otot-otot wajah untuk membentuk ekspresi tidak bergerak. Kadang berkurangnya ekspresi wajah ini disalah artikan sebagai depresi, walaupun memang banyak penderita parkinson yang akhirnya mengalami depresi.
Pandangan tampak kosong dengan mulut terbuka dan matanya jarang berkedip. Penderita sering kali tersedak karena kekakuan pada otot wajah dan tenggorokan menyebabkan kesulitan untuk menelan.
Penderita berbicara sangat pelan, dan tanpa aksen (monoton) dan menjadi gagap karena mengalami kesulitan dalam mengaartikulasikan pikirannya.
Sebagian besar penderita memiliki intelektual yang normal, tetaapi ada juga yang menjadi pikun.

D.    Pengobatan
Obat-obatan untuk penyakit ini antara lain Levodopa, dan anti depresi.Tidak satupun dari obat-obatan tersebut yang menyembuhkan penyakit atau menghentikan perkembangannya, tetapi obat-obat tersebut menyebabkan penderita lebih mudah melakukan suatu gerakan dan memperpanjang harapan hidup penderita.
Di dalam otak, levodopa diubah menjadi dopamin. Obat ini mengurangi tremor dan kekakuan otot dan memperbaiki gerakan.
Penderita parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal dan penderita yang sebelumnya terbaring di tempat tidur menjadi kembali mandiri.
Pengobatan dasar untuk perkinson adalah levodopa-karbidopa. Penambahan kardiodipa dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas levodopa di dalam otak dan untuk mengurangi efek levodopa yang tidak diinginkan di luar otak. Mengkonsumsi levodopa selama bertahun-tahun bisa menyebabkan timbulnya gerakan lidah dan bibir yang tidak dikehendaki, wajah menyeringai, kepala mengangguk-angguk dan langan serta tungkai yang berputar-putar. Beberapa ahli percaya bahwa menambahkan atau mengganti levodopa dengan bromokriptin selama bertahun-tahun pertama pengobatan bisa menunda munculnya gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki.
Sel-sel saraf penghasil dopamin dari jaringan janin manusia yang dicangkokkan ke dalam obat penderita perkinson dapat memperbaiki kelainan kimia tetapi belum cukup data mengenai tindakan ini.
Untuk mempertahankan mobilitasnya, penderita dianjurkan untuk tetap melakukan kegiatan sehari-harinya sebanyak mungkin dan mengikuti program latihan secara rutin. Terapi fisik dan pemakaian alat bantu mekanik (misalnya kursi roda) bisa membantu penderita tetap mandiri.
Makanan kaya serat bisa membantu mengatasi sambelit akibat kurangnya aktivitas, dehidrasi dan beberapa obat. Makanan tambahan dan pelunak tinja bisa membantu memperlancar buang air besar. Pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan menelan sehingga bisa mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).
E.     Jenis Obat-Obatan
Obat
Aturan Pemakaian
Keterangan
Levodopa (plus karbidopa)
Dari dosis rendah, lalu ditingkatkan sampai diperoleh efek yang cukup besar
Setelah penggunaan beberapa tahun, efektivitasnya dapat berkurang

  1. Penyakit Sklerosis Ganda (Multiple Sclerosis/MS)
A. Pengertian
Sklerosis Ganda adalah salah satu penyakit sistem syaraf pusat (otak dan jaringan syaraf sum-sum tulang belakang) akibat kerusakan myelin. Myelin adalah materi yang melindungi syaraf, berfungsi seperti lapisan pelindung pada kabel listrik dan memudahkan syaraf untuk mengirim impulsnya dengan cepat. Kecepatan dan efisiensi pengiriman impuls inilah yang memungkinkan sebuah gerakan tubuh yang halus, cepat,dan terkoordinasi dilakukan hanya dengan sedikit upaya. Kerusakan  myelin (demyelinasi) menyebabkan gangguan kemampuan serabut syaraf untuk menghantarkan ‘pesan’ ke dan dari otak. Lokasi terjadinya kerusakan myelin (plak atau lesi) tampak seperti area (parut/luka) yang mengeras: pada MS, parut-parut/luka-luka ini tampak pada otak dan tulang belakang.

B. Penyebab Sklerosis Ganda
Penyebab MS belum diketahui, saat ini seluruh dunia masih melakukan penelitian untuk mencari penyebab pasti penyakit MS. Kerusakan myelin pada MS mungkin terjadi akibat respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh, yang seharusnya melindungi tubuh dari serangan organisma berbahaya (bakteri dan virus).          Banyak jenis MS yang menampakkan gejala penyakit ‘kekebalan tubuh’, dimana tubuh menyerang sel-sel dan jaringan-jaringannya sendiri (dalam kasus MS, yang diserang adalah Myelin). Para peneliti belum mengetahui apa yang memicu sistem kekebalan tubuh tersebut menyerang myelin, tetapi ada satu pemikiran bahwa hal tersebut terjadi karena beberapa faktor.
            Satu teori menyebutkan bahwa virus, yang mungkin sudah menetap lama dalam tubuh, mungkin memainkan peranan penting dalam perkembangan penyakit ini dan mungkin mengganggu sistem kekebalan atau secara tidak langsung mengubah proses sistem kekebalan tubuh. Banyak penelitian yang sudah mencoba mengidentifikasi virus MS. Ada satu dugaan bahwa kemungkinan tidak ada virus MS, melainkan hanya ada virus-virus biasa, seperti virus campak dan herpes, yang menjadi pemicu timbulnya penyakit MS. Virus-virus ini mengaktifkan sel darah putih (limposit) dalam aliran darah menuju ke otak dengan melemahkan mekanisme pertahanan otak (yaitu substansi yang melindungi darah/otak). Kemudian, di dalam otak, sel-sel ini mengaktifkan unsur-unsur lain dari sistem kekebalan tubuh dengan satu cara yang pada akhirnya membuat sel-sel tersebut menyerang dan menghancurkan myelin.

C. Gejala Penyakit Sklerosis
Multiple sclerosis memiliki kondisi yang sangat variabel dan gejala-gejalanya bergantung pada area sistem syaraf pusat yang terserang. Tidak ada pola khusus pada MS dan setiap penderita MS memiliki kekhasan gejalanya sendiri-sendiri, yang bentuknya dari waktu ke waktu bervariasi dan tingkat keparahan serta jangka waktunya pun dapat berubah, dan semua variasi dan perubahan itu dapat terjadi bahkan pada penderita yang sama. Tidak ada MS yang tipikal. Kebanyakan penderita MS akan mengalami lebih dari satu gejala, tetapi meskipun ada gejala-gejala umum yang diderita banyak orang, tidak ada seorangpun yang memiliki semua gejala tersebut sekaligus. Gejala-gejala umum tersebut adalah:
            Gangguan Penglihatan
§         Penglihatan kabur
§         Penglihatan membayang (diplopia)
§         Neuritis optikal
§         Pergerakan mata yang tak terkontrol
§         Kebutaan (sangat jarang terjadi)

            Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi
§         Hilang keseimbangan tubuh
§         Gemetar (tremor)
§         Ketidakstabilan kemampuan berjalan (ataksia)
§         Pusing (vertigo)
§         Kekakuan anggota tubuh
§         Gangguan koordinasi
§         Perasaan lemah: pada kasus tertentu hal ini dapat mempengaruhi kaki dan kemampuan berjalan.         
            Kekakuan (spasticity)
§         Kekakuan otot yang dapat mempengaruhi mobilitas dan cara berjalan
§         Kejang

            Gangguan indra perasa
§         perasaan geli di beberapa bagian tubuh
§         perasaan seperti di tusuk-tusuk jarum
§         kebas (paraesthesia)
§         perasaan seperti terbakar
§         nyeri dapat menyertai penyakit MS, contohnya, nyeri di wajah (seperti trigeminal neuralgia), dan nyeri otot

            Gangguan kemampuan berbicara
§         perlambatan cara berbicara
§         berbicara seperti menggumam
§         perubahan ritme berbicara
§         sulit menelan (dysphagia)
           
            Gangguan kandung kemih dan usus
§         Gangguan kandung kemih meliputi: sering buang air kecil, tidak dapat buang air kecil secara tuntas atau tidak bisa menahan air kecil.
§         Gangguan usus meliputi: konstipasi/sembelit, dan kadang-kadang diare.

            Gangguan Seksual
§         Impotensi
§         Berkurangnya kemampuan seksual
§         Gairah Seksual Menurun

            Gangguan Kognitif dan Emosi
§         kehilangan memori jangka pendek
§         kehilangan kemampuan konsentrasi, penilaian, penalaran

D.  Jenis – jenis Sklerosis Ganda
            Walaupun setiap individu mengalami kombinasi kondisi gejala MS yang berbeda, tetapi kita dapat mengklasifikasikan MS menjadi beberapa tipe/jenis:

1. Relapsing-Remitting MS (MS Hilang-Timbul/Kambuhan)
            Pada MS jenis ini, terjadi beberapa kali kekambuhan (serangan) yang tidak terduga. Serangan ini berlangsung dalam waktu yang bervariasi (dalam hitungan hari atau bulan) dan dapat pulih secara parsial atau total. Jenis ini dapat bersifat ‘tidak aktif’ selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.  

            2. Benign MS (MS Jinak)
            Setelah satu atau dua kali serangan dan kemudian pulih total, MS jenis ini tidak mengalami perburukan dan tidak timbul kecacatan permanen. MS jinak hanya dapat diidentifikasi ketika adanya  ringan yang timbul pada masa 10 – 15 tahun setelah serangan dan pada awalnya dapat dikategorikan sebagai MS hilang-timbul. MS jinak cenderung berhubungan  dengan gejala-gejala yang tidak parah ketika terjadinya serangan (contohnya pada sistem sensorik).

            3. Secondary Progressive MS (MS Progresif Sekunder)
            Bagi beberapa orang yang pada awalnya mengalami MS hilang – timbul, dalam perjalanan penyakitnya ada bentuk perkembangan lebih lanjut yang mengarah pada ketidakmampuan yang bersifat progresif, dan seringkali disertai kekambuhan terus menerus. 

            4. Primary Progressive MS (MS Progresif Primer)
            MS jenis ini ditandai dengan tidak adanya serangan yang parah, tetapi ada serangan-serangan kecil dengan gejala-gejala yang  terus memburuk secara nyata. Terjadi satu akumulasi perburukan dan ketidakmampuan yang dapat membawa penderita pada tingkat/titik yang semakin rendah atau terus berlanjut hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun. 

  1. Penyakit Polio
A. Pengertian
Kata polio berasal dari bahasa Yunani πολιομυελίτις, atau bentuknya yang lebih mutakhir πολιομυελίτιδα, dari πολιός "abu-abu" dan μυελός- "bercak". Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang menular dan dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak antarmanusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari. Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan virus.

B. Penyebab
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).

C. Jenis – jenis Polio dan Gejalanya
1. Polio non-paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.

2. Polio paralisis spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah virus polio menyerang usus, virus ini akan diserap oleh pembulu darah kapiler pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Virus Polio menyerang saraf tulang belakang dan syaraf motorik -- yang mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat -- menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan syaraf motorik. Syaraf motorik tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas -- kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.

3. Polio bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim 'perintah bernapas' ke paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat 'tenggelam' dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan 'paru-paru besi' (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.
Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia penderita. Hingga saat ini, mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan paru-paru besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal sering menyerang bersamaan dan merupakan sub kelas dari polio paralisis. Polio paralisis tidak bersifat permanen. Penderita yang sembuh dapat memiliki fungsi tubuh yang mendekati normal.

D. Penyebaran dan Penderita
Anak-anak kecil yang terkena polio seringkali hanya mengalami gejala ringan dan menjadi kebal terhadap polio. Karenanya, penduduk di daerah yang memiliki sanitasi baik justru menjadi lebih rentan terhadap polio karena tidak menderita polio ketika masih kecil. Vaksinasi pada saat balita akan sangat membantu pencegahan polio di masa depan karena polio menjadi lebih berbahaya jika diderita oleh orang dewasa. Orang yang telah menderita polio bukan tidak mungkin akan mengalami gejala tambahan di masa depan seperti layu otot; gejala ini disebut sindrom post-polio.

E. Vaksinasi
Vaksin efektif pertama dikembangkan oleh Jonas Salk. Salk menolak untuk mematenkan vaksin ini karena menurutnya vaksin ini milik semua orang seperti halnya sinar matahari. Namun vaksin yang digunakan untuk inokulasi masal adalah vaksin yang dikembangkan oleh Albert Sabin. Inokulasi pencegahan polio anak untuk pertama kalinya diselenggarakan di Pittsburgh, Pennsylvania pada 23 Februari 1954. Polio hilang di Amerika pada tahun 1979.

4.      Penyakit Epilepsi
A. Pengertian
 Secara definisi epilepsi adalah suatu keadaan dimana penyandangnya akan mengalami suatu serangan yang tiba-tiba dan berulang-ulang, yang terjadi karena adanya gangguan atau ketidaknormalan aliran (lepas muatan) listrik di otak dengan manisfestasi yang bermacam-macam. Seseorang baru dapat dikatakan sebagai penyandang epilepsi apabila seseorang tersebut telah mengalami lebih dari satu kali serangan yang muncul karena gangguan otaknya. Gangguan, atau ketidaknormalan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor.

B. Faktor-faktor Penyebab Epilepsi
Beberapa faktor tersebut adalah trauma lahir dan atau cedera lahir, penyakit karena infeksi, cedera kepala, dan lain-lain. Khusus mengenai cedera kepala atau stroke dapat mengakibatkan terjadinya epilepsi karena ketika otak berusaha memperbaiki sendiri kerusakan yang terjadi justru meyebabkan koneksi saraf yang abnormal hingga mengganggu aktivitas neuron. Selain penyebab utama di atas, ada pula yang menjadi penyebab sampingan yang dapat memicu terjadinya penyebab utama, misalnya kondisi psikologis seperti stress. Faktor psikologis berperan besar dalam timbulnya serangan epilepsi. Krisis emosional yang dialami oleh individu dapat memicu datangnya serangan.

C. Macam Epilepsi Berdasarkan Serangan
Epilepsi dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk serangan, yaitu serangan mayor dan serangan minor. Pada serangan mayor keabnormalan meliputi seluruh bagian otak. Beberapa epilepsy yang termasuk dalam serangan mayor adalah grand mal dan petit mal. Mengenai grand mal, sesuai dengan namanya, serangan ini dimulai dengan fase tonik, kemudian diikuti dengan fase klonik. Pada fase tonik, penyandang biasanya kehilangan kesadarang dengan tiba-tiba, lalu akan langsung terjatuh tanpa dapat meliindungi dirinya. Hal ini memungkinkan penyandang mendapatkan luka atau cedera yang serius. Seketika saat ia jatuh, otot-ototnya menegang yang juga berakibat pada tertahannya pernafasan sehingga mukanya tampak memucat. Setelah serangan tonik ini kemudian muncul serangan klonik. Pada fase ini terjadi pelemasan otot-otot bagian tubuh. Setelah itu, nafas mulai berangsur kembali dan timbul hentakan pada kaki dan tangan yang akan segera berakhir. Setelah itu, gerakan motorik akan menghilang, dan kemudian kesadaran akan berangsur kembali. Sedangkan pada petit mal, serangan ini ditandai dengan hilangnya kesdaran dan kemampuan untuk berespon. Penyandang akan tampak bengong atau melamun. Mata menerawang dan aktifitasnya terhenti. Serangan ini dapat diikuti oleh gerakan motorik, seperti menggerak-gerakkan kaki, memutar-mutar pensil dengan tangan tanpa sebab yang jelas, maupun tidak adanya gerakan motorik yang mengikuti.

D. Dampak Epilepsi
Ada beberapa masalah umum dan dampak yang dihadapi oleh penyandang epilepsi. Dampak yang dapat didapat oleh penyandang epilepsi salah satunya berhubungan dengan tingkat IQ. Ditemukan bahwa tingkat IQ pada penderita epilepsi secara umum berada di bawah tingkat rata-rata. Bagi seorang anak, kemunculan penyakit epilepsi pada usia dini (awal) dapat menyebabkan kesulitan saat bersekolah, dan juga nilai yang rendah pada IQ verbal. Hal ini dapat disebabkan oleh kerusakan otak. Mengenai masalah yang dihadapi penyandang epilepsi meliputi masalah hubungan interpersonal, masalah di dalam pekerjaan dan keuangan, dan masalah perawatan medis. Pada masalah hubungan interpersonal pada penyandang dengan adanya penyakit epilepsi maka dampak yang akan ditimbulkannya adalah menurunnya kepercayaan diri individu dalam lingkungan sosial dan naiknya kesulitan-kesulitan perilaku, khususnya dalam menjalin hubungan. Selain itu, resiko akibat kejang yang dialami penderita epilepsi membatasi kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Misalnya saat menyetir kendaraan. Saat kejang penderita dapat kehilangan kesadaran yang akan membahayakan jika melakukan aktivitas tertentu. Dampak lain epilepsi adalah terhadap psikologis penderitanya. Jika serangan terjadi di muka umum, penderita mungkin akan mengalami rasa malu atau rendah diri yang juga berefek pada pada teman dan keluarganya. Selain masalah kepercayaan diri, masalah perilaku agresif juga menjadi masalah dalam menjalin hubungan interpersonal. Kesulitan lain dalam hubungan interpersonal yang menjadi masalah antara lain karena cemas dalam situasi sosial, ketidakpercayaan dengan orang lain, dan terutama karena kekhasan dalam arti perilakunya yang terlihat dalam berhubungan dengan orang lain. Selain itu, epilepsi memang dapat juga terkait atau menyebabkan perubahan emosi yang kompleks yang dapat mengubah perilaku dan kepribadian, menjadi sulit mengendalikan emosi, mudah tersinggung, kehilangan kepekaan terhadap lingkungan, menjadi egosentris atau menarik diri dari lingkungan.
Dalam masalah pekerjaan dan keuangan, pada umumnya, masalah yang datang bertolak pada serangan kejang yang sering menimpa ketika mereka menjalankan pekerjaan. Sehingga karena alasan serangan inilah maka mereka sulit dalam diterima bekerja yang berujung pada kondisi keuangan yang tidak mencukupi. Sedangkan pada masalah perawatan medis, masalah ini timbul karena belum banyaknya tenaga ahli yang memiliki kemampuan yang sesuai untuk menangani masalah epilepsi, sehingga sulit bagi penyandang untuk menemukan tenaga ahli yang sesuai. Obat-obatan yang digunakan untuk menunda atau mengurangi datangnya serangan juga tidak murah, sehingga menyulitkan sebagian penyandang epilepsi.
Epilepsi di masa dewasa muda, terkait dengan masalah-masalah penyesuaian diri, penerimaan diri, dan coping terhadap bagaimana individu menghadapi keadaan dirinya. Selain itu, yang menjadi tantangan besar bagi penyandang epilepsi di masa dewasa muda ini adalah bagaimana ia terlibat dalam suatu komunitas masyarakat. Bagi penyandang epilepsi, perawatan yang dapat dilakukan disamping secara medis berupa pengobatan juga melalui sisi psikologis. Bantuan psikologis dapat diberikan berupa perhatian dan pemenuhan kebutuhan penyandang. Berbagai bantuan ini disebut dukungan sosial terhadap penyandang epilepsi. Dukungan sosial dapat berpengaruh besar dalam mengatasi masalah bagi individu penyandang epilepsi.

  1. Penyakit Amnesia
A.  Pengertian
Amnesia (dari Bahasa Yunani Ἀμνησία) adalah kondisi terganggunya daya ingat.

B. Penyebab
Penyebab amnesia dapat berupa organik atau fungsional. Penyebab organik dapat berupa kerusakan otak, akibat trauma atau penyakit, atau penggunaan obat-obatan (biasanya yang bersifat sedatif). Penyebab fungsional adalah faktor psikologis, seperti halnya mekanisme pertahanan ego. Amnesia dapat pula terjadi secara spontan, seperti terjadi pada transient global amnesia. Jenis amnesia global ini umum terjadi mulai usia pertengahan sampai usia tua, terutama pada pria, dan biasanya berlangsung kurang dari 24 jam.
Kecelakaan yang menyebabkan trauma pada kepala seperti gegar otak dapat mengakibatkan terjadinya amnesia. Penderita biasanya mengalami kebingungandan kehilangan ingatan. Amnesia ini dapat bersifat sementara, tetapi dapat pula bersifat permanen tergantung seberapa parahnya trauma yang diderita oleh otak.

C. Gejala
Penderita amnesia kehilangan memori / daya ingat dan diikuti ketidakmampuan membentuk memori baru. Keadaan ini dapat bersifat sementara atau permanen. Penyebab amnesia dapat karena kerusakan otak atau kecelakaan, stroke, kanker otak, kekurangan vitamin B12, berkurangnya suplai darahke daerah memori otak, dan dapat juga karena faktor psikologi. Dampak lain dari amnesia adalah ketidakmampuan membayangkan masa depan. Penelitian terakhir yang dipublikasikan dalam jaringan di Proceedings of the National Academy of Sciences menunjukkan bahwa amnesia dengan kerusakan pada hippocampus tidak dapat membayangkan masa depan. Hal ini terjadi karena bila seorang yang normal membayangkan masa depan, mereka menggunakan pengalaman masa lalu untuk mengkonstruksi skenario yang mungkin dihadapi. Sebagai contoh, seseorang yang mencoba membayangkan apa yang akan terjadi dalam pesta yang hendak didatanginya akan menggunakan pengalaman pesta sebelumnya untuk membantu mengkonstruksi kejadian di masa depan.

D. Jenis – jenis Amnesia
Anterograde amnesia: kejadian baru dalam ingatan jangka pendek tidak ditransfer ke ingatan jangka panjang yang permanen. Penderitanya tidak akan bisa mengingat apapun yang terjadi setelah munculnya amnesia ini walaupun baru berlalu sesaat.
Retrograde amnesia: ketidakmampuan memunculkan kembali ingatan masa lalu yang lebih dari peristiwa lupa biasa.
Kedua kategori amnesia tersebut dapat muncul bersamaan pada pasien yang sama. Contohnya seperti pada pengendara sepeda motor yang tidak mengingat akan pergi kemana dia sebelum tabrakan (retrograde amnesia), juga melupakan tentang kejadian di rumah sakit dua hari setelahnya (anterograde amnesia).

  1. Penyakit Alzheimer
A.     Definisi
Alzheimer atau kepikunan merupakan sejenis penyakit penurunan fungsi saraf otak yang kompleks dan progresif. Penyakit ini dikenal sebagai salah satu penyakit yang paling sering ditemui sebagai penyebab demensia. Demensia adalah suatu penyakit penurunan fungsi kognitif/gangguan intelektualnya/daya ingat yang umumnya semakin lama semakin memburuk (progresif) dan tidak dapat  dirubah (irreversible). Demensia menyebabkan penderitanya kesulitan untuk menjalani aktivitas sehari-hari dan berhubungan sosial. Demensia yang disebabkan oleh Alzheimer berarti demensia yang disertai  perubahan patologis di otak penderitanya.

B.     Penyebab
Hingga kini, sumber sebenarnya penyakit ini belum ditemukan. Meski ada  yang beranggapaan karena disebabkan oleh penuaan, namun dalam haal ini Alzheimer bukan disebabkan oleh penuaan. Ilmuan berpendapat bahwa Alzheimer dikaitkan dengan pembentukan dan perubahan pada sel-sel saraf yang normal menjadi serat.

C.     Gejala
a.       Gejala Ringan
§         Lebih sering bingung dan melupakan informasi yang baru dipelajari.
§         Disorientasi: tersesat di daerah sekitar yang dikenalnya dengan baik.
§         Bermasalah dalam melaaksanakan tugas rutin.
§         Mengalami  perubahan dalam kepribadian dan penilaian.
b.      Gejala Menengah
§         Kesulitan dalam mengerjakan aktivitas hidup sehari-hari, seperti makan dan mandi
§         Cemas dan curiga
§         Mengalami gangguan tidur (insomnia)
§         Keluyuran
§         Kesulitan mengenali keluarga dan teman
c.       Gejala Akut
§         Sulit atau kehilangan kemampuan berbicara
§         Kehilangan nafsu makan dan menurunnya berat badan
§         Tidak mampu mengontrol buang air kecil maupun besar
§         Sangat tergantung pada pengasuh

Alzheimer’s Disease and Related Disorders Association (2001) juga membuat 10 gejala penyakit Alzheimer:
§   Hilang Ingatan. Salah satu dari gejala awal demensia adalah melupakan informasi yang baru dipelajari. Penderita juga akan melupakan berbagai hal seperti itu lebih sering dan kemudian tidak ingat akan hal tersebut sama sekali.
§   Sulit untuk mengerjakan tugas yang sudah familiar. Penderita demensia sulit untuk mengerjakan tugas yang sudah merupakan tugas sehari-hari mereka.
§   Bermasalah dengan bahasa. Penderita akan sulit menemukan kata yang tepat, bahkan sinonim termudah dari kata tersebut akan sulit untuk mereka ucapkan.
§   Disorientasi waktu dan tempat. Penderita mudah tersesat di jalan dekat rumahnya, dan ia tidak tahu bagaimana jalan untuk kembali ke rumah.
§   Kurang baik dalam mengambil keputusan. Penderita tidak bisa memutuskan sesuatu tepat dengan kondisi yang ada. Misalkan dalam berpakaian mereka akan memilih baju yang tidak sesuai dengan cuaca.
§   Bermasalah dengan pemikiran abstrak. Menyeimbangkan buku cek mungkin menjadi tugas sulit bagi penderita. Mereka biasanya lupa berapa jumlah atau angkanya dan apa yang harus mereka lakukan dengan angka-angka tersebut.
§   Salah menempatkan segala sesuatu. Penderita biasanya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Misalkan ia akan membuat es, namun justru memasukannya ke dalam pemanas nasi.
§   Perubahan mood dan tingkah laku. Penderita akan mengalami perubahan mood dan tingkah laku. Misalnya dari seorang yang bisa mengontrol emosinya serta penyabar menjadi kasar dan penuh emosi.
§   Perubahan kepribadian. Kepribadian penderita sangat berubah. Menjadi benar-benar kacau, penuh kecurigaan, katakutan atau terlalu bergantung pada orang lain.
§   Kehilangan inisiatif. Lelah akibat pekerjaan rumah, aktivitas bisnis, atau kewajiban sosial sesekali waktu adalah wajar. Namun demikian, orang yang mengidap Alzheimer dapat menjadi pasif, duduk di depan televisi berjam-jam, tidur lebih dari biasanya dan enggan melakukan aktivitas seperti biasanya.

D.     Perbandingan Alzheimer dengan Amnesia
Alzheimer
Amnesia
1.      Bersifat fisiologis (saraf otak)
2.      Gangguan memori atau ingatan
3.      Berlangsung bertahap atau progresif
4.      Permanen
5.      Belum bisa disembuhkan.
1.      Bersifat psikologis
2.      Gangguan memori atau ingatan
3.      Tidak bertahap, secara tiba-tiba
4.      Semi permanen
5.      Bisa Disembuhkan

E.      Penanganan Alzheimer
Penanganan terhadap penyakit ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan pharmacological  dan nonpharmacological. Berdasarkan pendekatan pharmacological, penanganan yang dilakukan terhadap Alzheimer dilakukan dengan menggunakan obat-obatan, dan satu-satunya oabat yang dapat digunakan adalah obat-obat yang mengandung acetylcholinestrase (AchE) inhibitor seperti : tacrine, donepezil HCL, rivastigmine, dan galantamine. Pemakaian obat-obatan ini merujuk pada anjuran yang dikemukakan oleh dokter atau psikiater. Karena pemakaian obat-obatan ini ditentukan oleh dosis dan waktu pembaerian, serta memiliki efek samping. Pengobatan lain yang dapat digunakan namun masih dipertanyakan keefektifannya adalah gingko biloba, vitamin E, C, dan B.
Pendekatan non pharmacological adalah dengan melakukan penanganan terhadap penyakit Alzheimer tanpa menggunakan obat-obatan, tujuan dari pendekatan ini adalah untuk mengatur atau memenej tingkah laku dan gejala kognitif pasien. Tujuan sekunder dari pendekatan ini adalah untuk mengurangi beban pengasuh/perawat. Penanganan dengan melakukan pendekatan non pharmacological sangat bermanfaat ketika pengobatan tidak dapat dilakukan karena pasien tidak mampu mentoleransi efek samping pengobatan atau tidak menyetujui instruksi pengobatan, atau membantah pengobatan. Pendekatan non pharmacological dilakukan dengan menggunakan terapi seperti behavioral management techniques, the pleasant event schedule, music therapy, modifikasi lingkungan, animal assisted therapy, morning bright light therapy, ECT. Melalui pendekatan non pharmacological ini, penderita Alzheimer menjadi lebih mengenal, dan lebih siap menghadapi penyakitnya, serta lebih dapat memenej dirinya sendiri (Litchenberg, dkk., 2003).

  1. Penyakit Meningitis
A. Pengertian
Meningitis adalah nama umum dari radang meninges (lapisan yang menutup otak dan urat syaraf tulang belakang ) dan cerebrospinal fluid ( cairan yang beredar di ruang-ruang antara otak dan urat syaraf tulang belakang).

B. Penyebab
Meningitis dapat disebabkan oleh organisme-organisme seperti bakteri, virus, fungi dan organisme lain seperti protozoa dan rickettsia. Tetapi penyebab utama meningitis adalah masuknya mikroorganisme ke dalam aliran darah di cerebrospinal fluid. Streptococcus Pneumoniae dan Neisseria Meningitidis (meningococcus) merupakan organisme umum penyebab meningitis yang banyak menjangkiti anak-anak Sedangkan Escherichia Coli merupakan organisme yang banyak menyerang anak bayi yang baru lahir. Meningitis umumnya mulai menyerang bagian sistem pernafasan.

C. Gejala klinis
Tak ada tanda maupun gejala spesifik yang dapat menandai bahwa bakteri meningitis telah masuk ke dalam tubuh. Hanya saja bila organisme telah masuk ke dalam cerebrospinal fluid maka sistem imun tubuh tidak dapat mengontrol perkembangannya, tidak seperti mikroorganisme lain. Kalau bakteri telah masuk maka penderita akan memperlihatkan gejala-gejala terjangkit meningitis dengan cepat.
Gejala-gejala anak yang terkena meningitis sangat bervariasi, tergantung kepada jenis bakteri atau virus yang masuk dan usia anak. Tanda-tanda awal yang umum adalah demam, leher kaku, lesu, marah-marah, muntah-muntah, sakit kepala dan leher kaku. Jika penyakit bertambah marah maka penderita akan semakin rewel / marah-marah, keluar air mata dan susah bernafas. Sedangkan durasi inkubasi meningitis bervariasi antara yang akut (24 jam), sub akut (1-7 hari) dan kronis (lebih dari seminggu). Jika terjangkit meningitis maka penyembuhannya akan memakan waktu berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Pada anak yang baru lahir yang terjangkit meningitis gejala-gejala di atas tidak begitu tampak, hanya terlihat bayi semakin rewel dan lesu (kesadarannya menurun). Bayi yang terkena meningitis terlihat semakin stress dan rewel jika di dekap ibunya, dimana pada bayi yang normal jika didekap oleh ibunya akan tenang. Ini disebut dengan paradoxical irritability. Tanda lainnya adalah kulit yang kekuning-kuningan, otot dan tulang leher yang kaku, adanya tonjolan yang lunak di tulang bayi.

D. Pengobatan
Jika sudah terjangkit maka dokter akan memberikan antibiotik kepada penderita. Karena penyakit ini penyakit menular maka penderita kemungkinan akan menularkannya, kecuali penderita telah diberi antibiotik minimal 24 jam sebelumnya.

E. Imunisasi
Pencegahan meningitis dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi HIB (Haemophilus Influenzae Type B).

  1. Sumber
-          http://msandme.multiply.com/journal/item/1/MULTIPLE_SCLEROSIS_Definisi_Penyakit(Sumber: Multiple Sclerosis International Federation – MSIF 2007
-          Artikel tentang Alzheimer oleh Mbak Veronica Adesla, S.Psi
-          Id.wikipedia.org/wiki/polio, amnesia,
-          Meningitis dari danta-articles.blogspot.com
Parkinson dari fund0c.multiply.com/ tags sistem saraf

neuron Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Rumah Minimalis

3 komentar:

armouris said...

info tentang parkinson di SIHAT SELALU - Parkinson Masih Tiada Ubat

Rumah Minimalis said...

obat untuk menghentikan neuron degeneration memang belum ditemukan, baru sampai pada tahap menghambat penurunannya.
saya pandu purnomo(ikhwan al-bayan) seorang fisikawan mencoba membantu penderita dengan menggantikan fungsi syaraf dengan gelombang digital. inilah hal yang ingin saya sumbangkan kepada mereka sebagai fisikawan.

Rumah Minimalis said...

alhamdullilah, telah ditemukan obat alzhemeir untuk memperlambat proses degenerasi.. see http://nanobiotechnews.com/category/neuroscience